whisperingcityrva.com – Natal tahun ini memiliki makna yang sangat istimewa bagi ribuan pengungsi yang terdampak letusan Gunung Lewotobi di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT). Meskipun harus merayakan hari raya ini di pengungsian, semangat dan ketabahan mereka memberikan warna tersendiri pada momen Natal yang penuh keprihatinan.
Dua bulan setelah letusan dahsyat Gunung Lewotobi pada November 2024, ribuan pengungsi masih bertahan di pos-pos pengungsian. Setidaknya 13.116 jiwa mengungsi di 8 titik lokasi, dan hingga kini masih ada sekitar 8.000 pengungsi yang tinggal di gedung-gedung sekolah, desa, dan tenda-tenda darurat12. Meskipun kondisi mereka tidak ideal, perayaan Natal tetap dilaksanakan dengan khidmat dan penuh harapan.
Perayaan Natal dilakukan di enam titik berbeda, dan pada 28 Desember, diadakan Natal bersama seluruh pengungsi dan warga di kawasan tersebut1. Meskipun suasana sedih masih terasa akibat trauma dan kerinduan akan kampung halaman, ibadah malam Natal tetap diadakan dengan khidmat. Para imam dari lembaga sosial milik keuskupan, Caritas di Larantuka, turut membantu dengan memberikan misa di posko-posko pengungsian.
Natal bagi para pengungsi ini tidak hanya sekadar perayaan kelahiran Yesus Kristus, tetapi juga menjadi simbol kasih, harapan, dan kedamaian. Meskipun mereka kehilangan rumah dan desa yang sudah ditinggali puluhan tahun, perayaan Natal di pengungsian menjadi momen untuk saling berbagi dan menguatkan satu sama lain.
Elisabeth Uran, salah satu pengungsi asal Desa Hokeng Jaya, mengungkapkan kerinduannya untuk merayakan Natal bersama keluarganya di rumah. Namun, ia dan pengungsi lainnya hanya bisa pasrah dan berharap situasi segera membaik. Kehadiran para imam dan bantuan logistik dari berbagai pihak menjadi dukungan moral yang sangat berarti di tengah kondisi sulit ini.
Meskipun dalam kesederhanaan, para pengungsi menunjukkan kreativitas dan semangat dalam merayakan Natal. Pohon Natal dan ucapan selamat Natal dibuat dari bahan-bahan seadanya, namun tetap memberikan suasana sukacita dan harapan. Anak-anak pengungsi juga turut serta dalam perayaan ini, menyanyikan lagu-lagu Natal dan menerima hadiah dari berbagai pihak yang peduli.
Program ‘Indosat Berbagi Kasih’ dari Indosat Ooredoo Hutchison, misalnya, membawa kebahagiaan Natal bagi anak-anak di tiga posko pengungsian dengan memberikan hadiah dan kegiatan hiburan. Kegiatan ini tidak hanya memberikan kebahagiaan sementara, tetapi juga menjadi obat bagi penyintas letusan gunung Lewotobi.
Antonius Litong Knoba, Kepala Dusun Nurabelen di Flores Timur, berharap bahwa perayaan Natal tahun ini dapat menjadi obat bagi penyintas letusan gunung Lewotobi. Ia berharap ibadah rutin dan perayaan besar yang diselenggarakan dapat meyakinkan para pengungsi bahwa gereja dan komunitas ada bersama mereka dalam masa sulit ini.
Para pengungsi juga berdoa agar tahun depan mereka dapat merayakan Natal di rumah masing-masing dengan link judi bola suasana yang lebih baik. Mereka berharap pemerintah dan berbagai lembaga bantuan kebencanaan segera menyelesaikan pembangunan hunian sementara yang aman, sehingga mereka dapat kembali menjalani kehidupan normal.
Perayaan Natal bersama anak-anak pengungsi Lewotobi adalah momen yang penuh keprihatinan namun juga penuh harapan. Meskipun harus merayakan hari raya ini di pengungsian, semangat dan ketabahan para pengungsi serta dukungan dari berbagai pihak membuat perayaan ini tetap khidmat dan penuh makna. Natal menjadi simbol kasih, harapan, dan kedamaian, yang memberikan kekuatan bagi para pengungsi untuk terus bertahan dan berharap pada masa depan yang lebih baik.